Pages

Konten dalam blog ini murni untuk tujuan pendidikan. Penulis tidak bertanggungjawab jika terjadi penyalahgunaan isi. Mohon mencantumkan sumber data dengan valid untuk menghormati mereka yang telah berjuang untuk kepentingan pengetahuan umat manusia. Salam hangat, Anis Gunawan.

Allahu Akbar!!!

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG LOKAL (Zea mays L.)

Share this history on :
BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG LOKAL (Zea mays L.)
DI KEBUN PERCOBAAN BANGUNTAPAN, BANTUL, YOGYAKARTA
Oleh: Anis Gunawan
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jagung merupakan salah satu tanaman palawija yang paling utama di Indonesia, komoditas ini adalah bahan pangan alternative yang paling baik selain beras. Karena jagung adalah sumber karbohidrat setelah beras. Seiring dengan peningkatan pendapatan dan pertambahan jumlah penduduk, menyebabkan permintaan bahan pangan meningkat termasuk juga tanaman jagung, untuk meningkatkan jumlah permintaan produksi persatuan luas dan waktu serta peningkatan luas area pertanian dan intensitas pola tanam. Untuk meningkatkan intensitas pola tanam dapat dicapai melalui penelitian jenis tanaman dan varietas yang cocok, kombinasi yang tepat serta budidaya tanaman yang baik.
Selain untuk konsumsi tanaman jagung juga dapat digunakan sebagai pakan ternak dan sebagai bahan baku industry akan terus meningkat sementara itu produktivitas yang dicapai petani masih sangat rendah sehingga untuk mencapai produksi yang jdibutuhkan teknik budidaya sangat penting dilakukan mulai dari pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan yang meliputi pemupukan, pengarian, penyianagn gulma, pembumbunan dan, pemberantasan penyakit, dan untuk mengetahui cara yang tepat dalam pengelolaan tanaman jagung tersebut maka dilakukanlah praktikum ini. Selain hal tersbut juga dilakukan karena tanaman jagung memiliki sikilus hidup yang pendek.
Jagung di Indonesia kebanyakan ditanam didataran rendah baik tegalan, sawah tadah hujan maupun sawah irigasi. Sebagian terdapat juga di daerah pegunungan pada ketinggian 1000-1800 m dpl. Tanah yang dikehendaki adalah gembur dan subur, karena tanaman jagung memerlukan aerasi dan drainasi yang baik. Jagung dapat tumbuh baik pada berbagai media tanah. Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik bagi pertumbuhannya. Tanah-tanah berat masih dapat ditanami jagung dengan pengerjaan tanah lebih sering selama pertumbuhanya, sehingga aerasi dalam tanah berlangsung dengan baik. Air tanha yang berlebih dibuang melalui saluran drainase yang dibuat diantara barisan jagung. Kemasaman tanah (pH) yang terbaik untuk jagung adalah sekitar 5,5 – 7,0. Tanah dengan kemiringan tidak lebih dari 8% masih dapat ditanami jagung dengan arah barisan tegak lurus terhadap kemiringan tanah, dengan maksud untuk mencegah erosi yang terjadi pada waktu turun hujan besar.

B. Tinjauan Pustaka
Jagung adalah tanaman herba monokotil dan tanaman semusim iklim panas. Tanaman ini berumah satu, dengan bunga jantan tumbuh sebagai perbungaan ujung (tassel) pada batang utama (poros atau tangkai) dan bunga betina tumbuh terpisah sebagai pembungaan samping (tongkol) yang berkembang pada ketiak daun. Tanaman ini menghasilkan satu atau beberapa tongkol (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Tanaman jagung adalah tanaman yang bersari silang, artinya sebagian besar (± 95%) dari penyerbukannya berasal dari tanaman lain. Pada tanaman yang bersari silang, susunan genetic antara satu tanaman dengan yang lain dalam suatu varietas akan berlainan. Oleh karena itu sifat-sifat pada tanaman dengan yang lain dalam suatu varietas akan berlainan. Oleh karena itu sifat-sifat pada tanaman bersari silang akan menunjukkan sifat-sifat yang dapat diukur, seperti tinggi tanaman, bentuk tongkol, tipe tongkol, tipe biji, warna biji, dan sebagainya. Varietas yang telah mengalami seleksi dan adapun pada suatu keseragaman fenotipe yang dibedakan dengan varietas lain (Anonim,1992).
Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Di Indonesia, daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, D. I. Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Maluku. Khusus di daerah Jawa Timur dan Madura, budidaya tanaman jagugg dilaukan secara intensif karena kondisi tanah dan iklimnya sangat mendukung untuk pertumbuhannya (Anonim, 2007).
Pada dasarnya varietas jagung digolongkan kedalam dua golongan varietas, yaitu:
· Varietas bersari bebas
Yang dimaksud dengan varietas bersari bebas adalah varietas yang benihnya dapat dipakai terus-menerus dari setiap pertanaman. Benih yang digunakan tentunya berasal dari tanaman atau tongkol yang mempunyai cirri-ciri dari varietas tersebut.
Berdasarkan bahan penyusunnya, varietas jagung bersari bebas dibedakan menjadi varietas komposit dan varietas sintetik.
1. Varietas komposit. Jagung varietas komposit adalah varieetas yang versal dari campuran sejumlah plasma nutfah yang telah mengalami kawin acak (random mmating beberapa kali)
2. Variasi sintetik. Jagung varietas sintetik adalah varietas yang berasal darii campuran dua atau lebih galur perkawinan sendiri.
· Varietas hibrida
Yang dimaksud dengan jagung varietas hibrida adalah keturunan pertama (F1) dari persilangan antara: varietas x varietas, varietas x galur, atau galur x galur.
Varietas hibrida yang akan diuraikan dibawah ini adalah keturunan pertama dari persilanggan yang melibatkan suatu galur. Hasil perkawinan sendiri (selfing) suatu varietas atau populasi selama 5-6 generasi akan menghasilkan suatu galur murni (inbred line). Pada setiap kali dilakukan perkawinan sendiri akan terjadi penurunan sifat-sifat, dimana kekuatan tanaman makin menurun. Peristiwa ini diebut inbreeding. murni yang bersal dari dua varietas atau populasi yang disilangkan, maka bila kedua galur tersebut mempunyai daya gabung yang baik, keturunan pertama dari hasil persilangan tersebut mempunyai daya hasil yang lebih tinggi dari rata-rata kedua bahan asalnya. Kenaikan hasil tersebut disebabkan adanya efek heterogenisis. Contoh varietas hibrida adalah single cross, double cross, three-way cross, modified single cross, dan lain-lain (Sparague, 1977):
Single crosss (SC) è hibrida yang berasal dari persilangan dua galur murni.
Double cross (DC) è hibrida yang berasal dari persilangan antara dua SC.
Three-way cross è hibrida yang berasal dari persilangan antara SC dengan suatu varietas atau populasi
Hama dan penyakit baby corn adalah hama dan penyakit tanaman jagunng yang masih muda (saat pertumbuhan dan pembungaan), antara lain sebagai berikut (Anonim, 2004):
1. Hama lalat bibit, serangan lalat bibit (Antherigona exiqua Stein) ditandai dengan matinya tanaman yang baru tubuh. Pencegahan dan pemberantasannya dapat dilakukan dengan penyemprotan Filidol, Basudin, Diazinon, Agrocide. Dosis penyemprotan umumnya 1,5 – 2,0 cc/ l air. Penyemproran dilakukan setiap 2-3 hari sekali, dimulai 5 hari setelah tanam.
2. Ulat tongkol, serangan ulat tongkol (Heliothis armigera HSN) ditandai dengan rusaknya tongkol, terutama apabila panen terhambat. Pemberantasannya sama seperti pemberantasan lalat bibit.
3. Penggerek batang, serangan penggerek batang (Sesamia inferens) itandai dengan adanya lubang-lubang pada batang karena hama ini masuk dan menghisap caipran batang, terutama saat telah berbunga. Tindakan pencegahan dilakukan dengan penyemprotan obat-obatan, seperti pada lalat bibit saat tanaman baby corn akan bunga.
4. Ulat daun, serangan ulat daun (Prodenia litura F) ditandai dengan rusaknya daun karena hama ini memakan daun baby corn, terutama pada waktu tanaman mulai berumur satu bulan. Pemberantasannya sama seperti pemberantasan lalat bibit.
5. Ulat tanah, serangan ulat tanah (Agrotis sp.) dimulai sejak tanaman baby corn mulai tumbuh. Ulat ini memakan tanaman sampai habis. Pencegahannya dilakukan dengan cara ulat yang biasanya terdapat didalam tanah dicari dan dibunuh.
6. Penyakit bulai (Corn downy mildew), gejala serangan ditandai dengan adanya garis kuning lebar pada daun yang merupakan benang cendawan. Pada pagi hari, akan timbul menutupi daerah berwarna kuning itu, terutama bagian bawah. Penularan penyakit terbawa dari benih, tanda serangan akan timbul sejak daun masih muda. Penularan penyakit ini melalui benih dan spora yang terbawa angin. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Sclerospora maydis atau disebut pula Peronossclerospora maydis. Sebaiknya penyakit ini dicegah denga cara menenam varietas yang tahan terhadap penyakit ini. Benih dicampuur dengan Ridomil sebelum ditanman secara serentak.
7. Helminihosporangium, gejala serangan ditandai dengan adanya bercak kuning yang dikelilingi warna coklat pada daun, pelepah, dan tongkol. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Helminihosporangium, turcicum atau Helminihosporangium, maydis. Pengendaliannya dilakukan dengan cara rotasi tanaman, sedangkan pemberantasannya dilakukan dengan penyemprotan fungisida.
8. Karat, gejala serangan ditandai dengan adanya noda kecil berwarna merah karat diatas permukaan daun bagian atas. Pada bercak itu terdapat tepung berwarna coklat dan terasa kasar seperti karat bila diraba. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Puccinia polyspora. Pengendaliannya dilakukan dengan penanaman varietas yang tahan terhadap penyakit ini, sedangkan pemberantasannya dilakukan dengan penyemprotan fungisida.
Hari panas dan suhu malam yang tinggi meningkatkan pertumbuhan secara keseluruhan dan walaupun suhu panas adalah ideal untuk pertumbuhan vegetative dan tongkol, suhu sedang adalah optimum untuk akumulasi karbohidrat. Produktifitas dan kesegeraan panen umumnya lebih baik pada suhu panas. Beberapa kultivar dapat dipanen secepatnya pada umur 70 hari sedangkan kultivar umur dalam memerlukan lebih dari 110 hari (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Jagung tumbuh baik pada berbagai jenis tanah. tanah liat lebih disukai karena mampu menahan lengas yang lebih tinggi. Tanaman ini peka terhadap tanah masa, dan tumbuh baik pada kisaran pH antara 6 – 6,8 dan agak toleran terhadap kondisi basa. Tanaman jagung manis memerlukan kelengasan yang tinggi berkisar 500-700 mm per musim. Cekaman kelengasan paling kritis terjadi selama pembentukan rambut dan pengisian biji. Kekurangan air dalam waktu singkat biasanya dapa ditoleransi dan hanya berpengaruh kecil terhadap perkemmbangan biji. Akan tetapi kekurangan air yang berkepanjangan setelah penyerbukan dapat secara nyata menurunkan bobot kering biji. Pada kondisi tersebut, pertumbuhan biji sebagian disokong oleh mobilisasi asimilat yang peka terhadap drainase tanah yang jelek dan tidak tahan genangan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Jagung manis umumnya dipanen kira-kira 18-24 hari setelah penyerbukan, dan biasanya ditandai dengan penampakan luar rambut yang mongering, keketatan klobot dan kekerasan tongkol ketika digenggam. Panen dilakukan ketika biji masih belum matang, pada fase susu dan sebelum fase kentang awal. Pada fase ini biji mengandung lengas sekitar 72-75% (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Permintaan konsumen terhadap jagung manis (Zea mays saccharata) terus meningkat, oleh karena itu produksi tanaman jagung manis perlu ditingkatkan diantaranya melalui intensifikasi pertanian. Tiga usaha pokok intensifikasi adalah penggunaan varietas unggul (hybrid), populasi tanaman/ha sesuai dan penggunaan yang efisien (Nugroho et al, 2000).
Penyesuaian diri varietas, iklim, kesuburan tanah, praktek produksi dan factor ekonomi sangat mempengaruhi produksi jagung. Performa tanaman baik di tempat yang irigasinya baik, tanah yang subur dengan temperature yang tinggi pada musim panas, malam yang hangat dan curah hujan yang luas selama musim tanam. Jumlah, koma, distribusi dan efisiensi dari curah hujan adalah faktor penting dari produksi jagung. Curah hujan yang berlebihan, menyebabkan pencucian nutrisi tanah dan mungkin meningkatkan timbulnya beberapa penyakit (Jugenheimer, 1958).
Menurut Gardner et. al.(1958) salah satu pendekatan terhadap analisis factor-faktor yang mempengaruhi hasil panen dan analisis perkembangan tanaman sebagai penimbunan bersih hasil fotosintesis secara terintegrasi dengan waktu, disebut analisis pertumbuhan. Parameter yang dipakai anatara lain laju pertumbuhan tanaman (LPT/CGR), luas indeks daun (LAI), laju asimilasi bersih (NAR) dan indeks panen (HI). LPT/CGR yaitu bertambahnya berat dalam komunitas tanaman per satuan luas tanah dalam satu atuan waktu, digunakan secara luas dalam analisis pertumbuhan tanamanbudidaya yang ditanam di lapangan. NAR adalah hasil bersih dari hasil asimilasi, kebanyakan hasil fotosintesis per satuan luas daun dan waktu.
Untuk meningkatkan produksi tanaman jagung per satuan luas lahan dan waktu dapat dicapai bilamana tanaman memperoleh lingkungan tumbuh yang sesuai dengan pertumbuhannya yaitu melalui pengaturan jarak tanam. Pengaturan jarak tanaman yang tepat bagi tanaman dapat memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi tanaman untuk dapat memanfaatkan sumberdaya lingkungan secara maksimal, baik berupa tanah, iklim maupun air. Factor tanah merupakan sumber nutrisi dan air bagi tanaman. Sedangkan factor iklim yang penting meliputi radiasi surya, suhu, dan kelembaban. Interaksi antara tanaman dan lingkungan akan memberikan gambaran terhadap peerkembanagn dan hasil suatu tanaman (Sumiari, 2000).

C. Tujuan
1. Dapat membudidayakan tanaman semusim
2. Dapat melakukan analisis pertumbuhan tanaman
3. Dapat melakukan pengukuran petak ubinan

II. METODOLOGI
Praktikum budidaya tanaman semusm ini dilaksanakan pada tanggal 9 September – 16 Desmber 2008 di Laboratorium Manajemen dan Produksi Tanaman Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas UGM dan Kebun Percobaan dan Pendidikan milik Fakultas Pertanian UGM di Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu benih jagung local (Zea mays L.), pupuk kandang, pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, dan pupuk NPK Phonska kemudian pesetisida bila diperlukan dan kertas untuk membuat pola daun. Sedangkam alat-alat antara lain alat untuk bercocok tanam (cangku, koret, ember, gembor, tunggal, tali bersimpul untuk menentukan jarak tanam), alat tulis, mistar, neraca analitik, dan oven.Lahan dengan ukuran 8m x 5m degemburkan dengan cara dicangkul atau diolah dengan bajak dan diberikan pupuk kandang dengan dosis sebanyak 6000 gram/40m2. Benih yang dibutuhkan dalam penanaman jagung kali ini sebanyak ± 600 biji. Penanaman benih dilakukan 1 minggu kemudian setelah pengolahan lahan sebelumnya lubang tanam ditugal dengan kedalaman 3cm-5cm dengan jumlah biji perlubang adalah 2-3 benih. Jarak tanam yang digunakan adalah 75cm x 30 cm. Pemupukan dilakukan 3kali selama musim tanam yaitu dengan pupuk dasar dan pupuk susulan. Pemupukan dasar dilakukan dengan dosis pupuk urea 400 gram/ 40m2 dan pupuk SP-36 dengan dosis 300 gram/ 40m2 diberikan saat tanam diantara lubang tanam dalam barisan. Pemupukan susulan dengan dosis pupuk urea 800 gram/40 m2 dan pupuk KCl dengan dosis 100gram/40m2 diberikan setelah tanaman berumur 30 hari atau kira-kira 4 minggu setelah tanam. Dilakukan penyulaman apabila benih jagung tidak tumbuh dan penjarangan dilakukan jika dalam satu lubang terdapat lebih dari satu benih yang tumbuh. Pemeliharaan dilakukan selama pertumbuhan tanaman, baik pengairan, penyianagan, pembumbunan maupun pengendalian hama dan penyakit tanaman.
Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun tiap minggu dimulai pada minggu ke-3 yang telah ditentukan tanaman samplenya. Pada minggu ke-5, ke-8 dan ke-12 dilakukan panen tanaman korban yang diamati luas daun dengan metode gravimetric dan bobot basah dan kering tanaman, dan juga diamati morfologi akar, batang, daun, bunga, buah/biji tanaman. Selain itu, dilakukan pengubinan untuk penentuan hasil panen per hektar dan permodelan matematika kurva sigmoid pertumbuhan tanaman.

V. PEMBAHASAN
Syarat Pertumbuhan
Tanaman jagung berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan yang terlalu ketat, dapat tumbuh pada berbagai macam tanah bahkan pada kondisi tanah yang agak kering. Tetapi untuk pertumbuhan optimalnya, jagung menghendaki beberapa persyaratan.
1. Iklim
Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50o LU hingga 0-40o LS. Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya jagung ditanam diawal musim hujan, dan menjelang musim kemarau. Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat/ merana, dan memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-34o C, akan tetapi bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27o C. Pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok sekitar 30o C. Saat panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik daripada musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil
2. Media Tanam
Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar supaya dapat tumbuh optimal tanah harus gembur, subur dan kaya humus. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain: andosol (berasal dari gunung berapi), latosol, grumosol, tanah berpasir. Pada tanah-tanah dengan tekstur berat (grumosol) masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik dengan pengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur lempung/liat (latosol) berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya. Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah pH antara 5,6 - 7,5. Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik. Tanah dengan kemiringan kurang dari 8 % dapat ditanami jagung, karena disana kemungkinan terjadinya erosi tanah sangat kecil. Sedangkan daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu.
3. Ketinggian Tempat
Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah dengan ketinggian optimum antara 0-600 m dpl merupakan ketinggian yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung.

Morfologi Tanaman
Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman berumah satu Monocious di mana letak bunga jantan terpisah dengan bunga betina pada satu tanamn. Jagung termasuk tanaman C4 yang mampu beradaptasi dengan baik pada faktor-faktor pembatas pertumbuhan dan hasil. Daun tanaman C4 sebagai agen penghasil fotosintat yang kemudian didistribusikan, memiliki sel-sel seludang pembuluh yang mengandung klorofil. Didalam sel ini terjadi dekarboksilasi malat dan aspartat yang menghasilkan CO2 yang kemudian memasuki siklus Calvin membentuk pati dan sukrosa. Ditinjau dari segi kondisi lingkungan, tanaman C4 teradaptasi pada terbatasnya banyak faktor seperti intensitas radiasi surya tinggi dengan suhu tinggi, serta kesuburan tanah yang relative rendah. Sifat-sifat menguntungkan dari jagung sebagai tanaman C4 antara lain aktivitas fotosintesis pada keadaan normal relative tinggi, fotorespirasi sangat rendah, transpirasi rendah serta efisien dalam penggunaan air. Sifat-sifat tersebut merupakan sifat fisiologis dan anatomis yang sangat menguntungkan dalam kaitannya dalam hasil.
Kedudukan tanaman jagung dalam taksonomi adalah sebagai berikut:
Ordo : Tripsaceae
Famili : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Jagung mempunyai 10 kromosom di dalam sel-sel reproduktif (haploid), 20 kromosom di dalam sel-sel somatic (diploid) dan 30 kromosom di dalam sel-sel endosperm (triploid). Secara umum semua tipe tanaman jagung mempunyai 10 pasang kromosom.

A. Daun

Daun jagung muncul dari buku-buku batang, sedangkan pelepah daun menyelubungi ruas batang untuk untuk memperkuat batang. Panjang daun jagung bervariasi antara 30-150 cm dan lebar 4-15 dengan ibu-tulang daun yang sangat keras. Tepi helaian daun halus dan kadang-kadang berombak. Terdapat juga lidah daun (ligula) yang transparan dan tidak mempunyai telinga daun (auriculae). Bagian atas epidermis umumnya berbulu dan mempunyai barisan memanjang yang terdiri dari sel-sel bulliform. Adanya perubahan turgor menyebabkan daun menggulung. Bagian bawah permukaan daun tidak berbulu (glabrous) dan umumnya mengandung stomata lebih banyak disbanding dengan di permukaan atas. Jumlah stomata bagian atas permukaan daun diperkiraan 7000-10.000/cm2, sedangkan di bagian bawah permukaan daun jumlahnya sekitar 10.000-16.000/cm2. Jumlah daun jagung tiap tanaman bervariasi anatara 12-18 helai. Duduk daun bermacam-macam tergantung dari genotype mulai dari hamper mendatar sampai vertikal.
Jumlah daun berbeda-beda yaitu di antara 8 dan 48 dengan rata-rata 12-18 helai. Jagung berumur genjah pada umumnya berdaun sedikit, sedanagkan yang berumur dalam (panjang) berdaun banyak. Panjang daun pun berbeda-beda antara 30 dan 150 cm sedangkan lebarnya dapat sampai 15 cm.
Apabila batang memanjang maka daun sedikit demi sedikit membuk, tapi daun tumbuh paling cepat pada waktu daun ini masih sedang membungkus.daun terdapat pada buku-buku batang dan terdiri atas 3 bagian ialah kelopak daun, lidah daun atau ligua dan helaian daun.duduk daun berselang-seling dalam 2 barisan pada batang. Kedudukan daun tersebut sering tidak nampak, karena kadang-kadang kelopak daun tersebut merubah letak helaian daun terhadap batangnya.
Kelopak daun pada umumnya membungkus batang seluruhnya atau sebagian, kadang-kadang sampai pada buku-buku tersebut tidak tampak. Kelopak daun melingkari batang dan pada umumnya bagian kelopak yang satu menutupi (terletak di atas) yang lainnya.
Daun mempunyai beberapa fungsi: (1) untuk memberikan kemungkinan peredaran yang bebas dari larutan udara di seluruh bagian daun; (2) untuk melepaskan jumlah air yang berlebih yang diambil oleh akar; (3) membentuk makanan tanaman dari mineral-mineral dan air yang diambil dari udara dalam proses fotosintesa; (4) untuk mengambil aerasi dari matahari yang penting sehingg proses tumbuh ini dapat berjalan terus.

B. Bunga

Jagung merupakan tanaman berumah satu (monocious) dimana bunga jantan (staminate) terbentuk pada ujung batang, sedangkan bunga betina (pistilate) terletak pada pertengahan batang. Tanaman jagung bersifat protrandy, maka jagung mempunyai sifat penyerbukan silang. Produksi tepung sari (polen) dari bunga jantan diperkirakan mencapai 25.000-50.000 butir tiap tanaman. Bunga jantan terdiri dari gluma, lodikula, palea, anther, filament, dan lemma. Adapun bagian-bagian dari bunga betina adalah tangkai tongkol, tunas, kelobot, calon biji, calon jenggel, penutup kelobot dan rambut-rambut.

C. Batang

Batang jagung beruas-ruas yang jumlahnya bervariasi antara 10-40 ruas, umumnya tidak bercabang kecuali ada beberapa yang bercabang/beranak yangmuncul dari pangkal batang, misalnya pada jagung manis. Panjang batang berkisar antara 60-300 cm tergantung dari tipe jagung. Ruas-ruas bagian atas berbentuk agak silindris, sedangkan bagian bawah bentuknya agak bulat pipih. Tunas batang yang telah berkembang menghasilkan tajuk bunga betina. Bagian tengah batang terdiri dari sel-sel parenkim dengan seludang pembuluh yang diselubungi oleh kulit yang keras dimana termasuk lapisan epidermis.

D. Perakaran

Sistem perakaran jagung terdiri dari akar-akar seminal yang tumbuh kebawah pada saat biji berkecambah, akar koronal yang tumbuh ke atas dari jaringan batang setelah plumula muncul, dan akar udara (brace) yang tumbuh dari buku-buku di atas permukaan tanah. Akar-akar seminalterdiri dari akar-akar lateral yang muncul sebagai akar adventious pada dasar dari buku pertama di atas pangkal batang. Pada umumnya akar-akar seminal berjumlah 3-5, tetapi dapat bervariasi antara 1-13. Akar koronal adalah akar yang tumbuh dari buku-buku kedua, ketiga atau lebih dari atas permukaan tanah, dapat masuk ke dalam tanah. Akar udara ini berfu ngsi dalam asimilasi dan juga sebagai akar pendukung untuk memperkokoh batang terhadap kerebahan. Apabila masuk ke dalam tanah, akar ini akan berfungsi juga membantu penyerapan hara.

E. Tongkol dan Biji

Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas. Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris biji yang jumlahnya selalu genap.
Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau perikarp menyatu dengan kulit biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu (a) pericarp, berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi mencegah embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan air; (b) endosperm, sebagai cadangan makanan, mencapai 75% dari bobot biji yang mengandung 90% pati dan 10% protein, mineral, minyak, dan lainnya; dan (c) embrio (lembaga), sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plamule, akar radikal, scutelum, dan koleoptil.
Kulit biji merupakan bagian dari biji yang terdiri dari dua lapis sel yang menyelubungi biji yang disebut integumen. Pada biji yang telah masak, didnding sel telur (perikarp) melekat sangat erat pada kulit biji, sehingga perikarp dan kulit biji ini seolah-olah merupakan selaput tunggal. Kulit biji dan perikarp yang bersatu dan merupakan satu lapisan disebut hull yang merupakn cirikhas dari tanaman rumput-rumputan. Embrio dan endosperm yang merupakan sumber makanan terdiri dari yaitu eksternal dan internal. Bagian eksternal adalah endosperma, sedangkan bagian internal terdapat pada kotiledon atau skutellum. Skutellum merupakan penghubung yang terletak di bagian tengah kotiledon. Pada umumnya endosperm terdiri dari dua macam yaitu endosperm lunak dan endosperm keras. Kotiledon diselubungi oleh lapisan sel-sel tipis tipis yang disebut epithelium yang terletak di antara kotiledon dan endosperm. Koleoptil adalah adalah calon daun yang berfungsi untuk penetrasi ke atas permukaan tanah selama proses perkecambahan.

Tinggi Tanaman

Dari kurva sigmoid di atas dapat dilihat bahwa tanaman mengalami pertumbuhan dari minggu ke minggu berikutnya. Hal ini ditunjukkan dengan kurva yang terus naik. Hal ini menunjukkan bahwa nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersedia dengan cukup dan diserap dengan baik oleh tanaman. Pada fase awal pertumbuhan terlihat pertumbuhan jagung yang sangat pesat. Fase ini menunjukkan fase vegetatif tanaman dimana pertumbuhan organ-organ vegetatif maksimal. Pada minggu ke-5 pertumbuhan tinggi tanaman mulai konstan karena tanaman sudah mulai memasuki fase generatif ditandai dengan munculnya bunga jantan dan betina. Dalam proses pertumbuhan dilakukan pemeliharaan yaitu dengan menyiram tanaman dan menyiangi gulma sehingga tanaman mampu tumbuh dengan baik.


Dari grafik jumlah daun di atas dapat dilihat bahwa tanaman mengalami pertumbuhan yang baik. Jumlah daun dari minggu ke minggu mengalami kenaikan. Daun merupakan organ tanaman yang berfungsi untuk menangkap cahaya yang digunakan untuk fotosintesis. Semakin tua umur tanaman, daun yang dibutuhkan untuk menghasilkan asimilat semakin bertambah untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Mulai minggu ke 5, jumlah daun mulai menurun karena tanaman jagung sudah mulai memasuki fase generatif sehingga pertumbuhan vegetatif maksimal dan beberapa daun yang sudah tua mulai gugur.
Hasil fotosintesis daun akan ditimbun oleh tanaman dalam bentuk biomassa yang digunakan untuk membentuk tubuhnya. Sehingga akumulasi biomassa dari waktu ke waktu terus bertambah dalam tubuh tanaman. Pada fase vegetatif biomassa digunakan untuk pertumbuhan sedangkan pada fase generatif biomassa digunakan untuk pembungaan dan pengisian tongkol.

Indeks Panen
Indeks panen (IP) menggambarkan hasil asimilat yang diperoleh tanaman. Pada jagung local ini yang dimaksud IP adalah berat kering total generatif. Nilai IP yang tinggi menunjukkan bahwa tanaman tersebut efisien karena hasil fotosintesisnya dapat ditranslokasikan ke organ yang akan dipanen. Tanaman yang mempunyai daun yang lebih luas pada awal pertumbuhan akan lebih cepat tumbuh dan karena kemampuan menghasilkan fotosintat yang lebih besar akan memungkinkan membentuk seluruh organ tanaman yang lebih besar yang kemudian menghasilkan produksi bahan kering yang semakin besar.
Indeks panen tergantung dari keinginan petani. Ada beberapa contoh misal jagung dipanen pada fase vegetatif untuk pakan ternak, masak ekonomis seperti Baby corn, jagung muda (untuk direbus atu dibakar) ataupun masak fisiologis untuk benih. Bila tanaman jagung dipanen masak sayur maka indeks panen yang digunakan yaitu berat tongkol muda (baby corn) dibanding berat keseluruhan. Hal ini juga berlaku bagi contoh yang lain. Semakin besar bagian tanaman yang dimanfaatkan maka semakin besar pula indeks panennya. IP biasanya berkisar antara 0-1, pada praktikum kali ini didapat nilai IP yaitu 0,142. Hal tersebut dikarenakan pada setiap tanaman bagian yang dimanfaatkan hanya berupa pipilan biji jagungnya tidak beserta bonggolnya sehingga membuat nilai IP lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai IP tanaman jagung yang lain (yang dimanfaatkan biji dan bonggolnya).

Petak Ubinan
Petak ubinan berfungsi untuk menggambarkan produktivitas tanaman dalam luasan tertentu yang dikonversi ke luasa hektar. Hasil petak ubinan tanaman jagung manis yang digunakan sebagai pakan ternak sekitar 5,5 kg per 2,88 m2. Produktivitas per hektar dapat mencapai 19 ton. Namun, pemanfaatan jagung manis sebagai pakan ternak sangat tidak ekonomis. Nilai ekonomi jagung manis terletak pada tongkolnya yang berisi biji-biji jagung yang memiliki rasa manis lebih dari jagung biasa atau lokal. Dari segi biaya produksi penyediaan benih, benih jagung manis lebih mahal dibandingkan benih jagung lokal sehingga tongkol jagung manis pun memiliki harga yang cukup prospektif dan tinggi dibandigkan dengan jagung lokal ataupun pemanfaatannya sebagai pakan ternak.
Pada jagung yang tongkolnya terletak di tengah batang, hampir seluruh asimilasi yang diproduksi berasal dari daun atau seludang daun. Selama pengisian biji, daun-daun sebelah atas menyumbangkan sekitar 85% hasil asimilat ke tongkol. Daun-daun bagian bawah menyumbangkan hasil asimilasinya untuk pertumbuhan akar dan pemeliharaan batang, dan daun serta pertambahan berat tongkol. Seluruh daun jagung menyumbangkan sebagian hasil asimilasinya ke hasil panen biji.


Perhitungan petak ubinan bertujuan untuk mengetahui produktivitas lahan tiap hektarnya.

Berat Segar dan Berat Kering Tanaman
Produksi bahan kering tanaman merupakan keseimbangan antara fotosintesis dan respirasi. Laju proses-proses fisiologi ini berbeda-beda tergantung dari organ tanaman, umur, kondisi budidaya tanaman, dan iklim. Pola distribusi bahan kering tanaman jagung ke bagian-bagian organ tanaman pada umumnya hamper sama untuk semua varietas. Produksi bahan kering tanaman merupakan parameter yang digunakan untuk analisis pertumbuhan tanaman seperti laju assimilasi bersih, laju pertumbuhan tanaman dan indeks panen. Penyebaran radiasi surya pada tajuk menentukan laju produksi bahan kering per satuan luas daun selama pertumbuhan vegetatif.
Indeks Luas Daun (ILD)
Indeks luas daun (ILD) merupakan rasio luas daun per satuan luas tanah. Jumlah sinar yang menembus permukaan daun pada suatu nilai ILD tergantung pada pola susunan daun. Daun mempunyai peran yang penting dalam penyerapan radiasi surya dan variasi pengaruhnya terhadap pertumbuhan dapat dikaji melalui ILD, sudut daun, dan kerapatan daun. Ketiga faktor ini berhubungan dengan bentuk pertanaman di lapangan yang dapat dikaitkan dengan pengaturan populasi tanaman. Menurut penelitian, apabila ILD jagung lebih besar dari 3,0 maka 95% sinar surya diserap, dan apabila lebih besar dari 5,0 maka penerapan menurun karena daun saling menutupi. Indeks Luas Daun dapat ditingkatkan nilainya dengan berbagai cara, misalnya dengan meningkatkan populasi tanaman dan pemupukan nitrogen.
Indeks luas daun menunjukkan rasio permukaan daun (satu sisi saja) terhadap luas tanah yang ditempati oleh tanaman budidaya itu. Suatu ILD sebesar 1, yaitu satu satuan luas permukaan daun per satuan permukaan tanah, secara teoritis dapat menyerap semua cahaya yang datang; tetapi jarang menyerap semuanya, karena variasi bentuk daun, ketipisan (cahaya dipancarkan), inklinasi, dan distribusi vertical. Suatu ILD sebesar 3 – 5 biasanya diperlukan untuk produksi berat kering maksimum tanaman yang paling dibudidayakan.
Jarak tanam dan populasi sangat mempengaruhi kerapatan daun. Semakin tinggi kerapatan daun maka jumlah cahaya yang masuk ke tanaman bagian bawah menjadi lebih sedikit. Penurunan jumlah cahaya yang masuk ini akan menurunkan laju fotosintesis. Akibatnya produksi biomassa akan menurun. ILD yang memberikan produksi biomassa tertinggi merupakan ILD optimum.
Dari hasil praktikum diperoleh nilai ILD sebesar 0,009 untuk panen pertama, 0,427untuk panen kedua dan 0,022 untuk panen ketiga. Nilai ILD panen kedua lebih besar dari panen pertama. Hal ini menunjukkan bahwa seiring pertumbuhan tanaman maka indek luas daun juga semakin meningkat. Tapi nilai ini belum menunjukkan produksi optimum. Untuk mendapatkan produksi optimum maka diperlukan nilai ILD antra 3 – 5.
Dari perhitungan indeks luas daun (m2), hasil menunjukkan angka tertinggi sebesar 0.427 dan kemudian menurun pada tanaman korban ketiga sebesar 0,21585. Dari perhitungan ini termasuk berada di bawah batas optimal ILD. Hal ini dimungkinkan karena populasi tanaman belum cukup rapat sehingga nilai dari ILD cukup kecil. Kecilnya nilai ILD ini dapat diatasi dengan menambah jumlah populasi sehingga nilai ILD akan dapat meningkat hingga batas optimum ILD dengan begitu harapannya sinar matahari akan dapat dimanfaatkan secara optimal oleh tanaman untuk melakukan fotosintesis dan meningkatkan hasil produksinya. Meskipun demikian jumlah populasi harus tetap diatur agar tidak terlalu rapat sehingga ILD tidak terlalu besar. Nilai ILD yang terlalu besar menandakan ada daun yang saling menutupi sehingga fotosintesis tidak optimal.

Permasalahan di Lahan
Ada beberapa macam Kendala yang dihadapi praktikan saaat mencoba membudidayakan Jagung lokal di kebun percobaaan Banguntapan Bantul. Kendala yang dialami adalah sebagai berikut:
Penyakit Bulai Jagung
Penyakit Bulai adalah penyakit terpenting pada pertanaman jagung di Indonesia. Penyebab penyakit ini adalah cendawan Peronosclerospora maydis. Sebagian besar varietas jagung di Indonesia peka terhadap serangan cendawan Peronosclerospora. Pada permukaan daun terdapat gari-garis sejajar tulang daun berwarna putih sampai kuning diikuti dengan garis-garis khlorotik sampai coklat bila infeksi makin lanjut. Tanamn terlihat kerdil dan tidak berproduksi, teteapi bila masih sempat berproduksi, ini merupakan hasil infeksi yang terlambat dan biji jagung yang dihasilkan sudah terinfeksi pathogen.
Tanaman yang diserang daunnya berwarna kuninng keputih-putihan atau kuning kehijau-hijauan, kaku, karena batang kurang memanjang. Pada tanaman agak besar kira-kira umur tiga minggu pertumbuhan dau n terlihat normal, baru daun-daun yang letaknya lebih tinggi tampak mempunyai warna yang menyimpang pada sebagian atau seluruh permukaannya.
Hama Uret

Hama uret mewrupakan hama yang cukup penting untuk pertanaman jagung. Hama ini (Phyllophaga helleri) menyeranfg hanya pada saaat stadia instar di dalam tanah. Larva ini memakan akar dan dapat menyebabkan kerusakan pada semua sistem perakaran tanaman muda. Di atas tanah yang terlihat adalah tanaman yang mulai layu dan lama kelamaan akan mati dan mudah tercabut dari tanah. Penanaman pada musim hujan dapat menhindarkan dari serangan. Akan tetapi apabila ditanaman pada periode berikutnya yaitu pada periode populasi tinggi dan bertepatan pada stadia larva instar maka tanaman jagung dapat rusak total.
Ada tiga cara yang dapat dikembangkan untuk mengatasi permasalahan hama uret. Pertama dengan mengandalkan musuh alami yaitu Camsomeris leefmansi dengan tingkat parasitasi yang cukup tinggi untuk mengendalikan hama. Kedua dengan kultur teknis atau pengaturan pola tanam, penanaman yang tepat pada awal musim hujan dapat mengurangi resiko serangan . Ketiga dengan insektisida bentuk granular yang dibenamkan. Karena kurangnya persiapan akan bahaya serangan uret maka praktikan tidak melakuakan pengendalian yang maksimal, hanya dilakukan secara sederhana yaitu dengan membuang uret yang ditemukan di lahan saat pengolahn dan pemeliharaan dilakuakan.
Gulma
Pengendalian gulma seharusnya menjadinsuatu keharusan pada budidaya jagung. Ini dikarenakan gulma yang tumbuh cepat menyesuaikan diri dengan cara bercocock tanam yang dilakukan. Umumnya pengendalian gulma hanya mengandalkan tangan sehingga terkadan kurang efisien karena butuh waktu dan tenaga lebih. Metode lain yang lebih mudah yakni secara kimiawi dengan menggunakan herbisida. Apabila gulma dapat dikendaliakan pada masa awal pertumbuhan, tanaman akan mempunyai daa persaingan yang lebih tinggi dari pada pertumbuhan gulma. Perkecambahan biji dan saat awal perkembangan biji merupakan masa yang penting karena tanaman akan peka terhadap kompetisi gulma dalam daur hidup gulma.
Permasalahan gulma di kebun percobaan memang menjadi kendala yang cukup serius. Seperti yang diuraikan diatas pada awal pertumbuhan jagung gulma menjadi sulit dikendalikan karena pertumbuhannya yang sangat cepat dan kurangnya perisapan dari praktikan untuk pencegahan kompetisi dari gulma terhadap tanaman jagung. Perlakuan penyiangan juga menjadi kurang efisien karena membutuhkan waktu yang cukup lama terlebih perkaluan ini hanya dilakukan seminggu sekali saat pelaksanaan praktikum. Gulma mulai dapat terkendali saat tanaman jagung sudah cukup dewasa, pada saat itu pertumbuhan jagung sudah dapat menekan pertumbuhan gulma yang ada di lahan.
Kekahatan Hara
Tanaman budidaya seperti jagung, selain memerlukan unsur hara dalam tanah juga memerlukan tam,bahan hara agar pertumbuhannya optimal.tidak dapat dipungkiri bahwa pemupukan mengambil peran yang cukup penting dalam budidaya tanaman semusim. Pemupukan harusla dilakuakan secara tepat baik dosis, cara dan waktu pemupukan agar dapat diserap tanaman secara maksimal.
Dari pelaksanaan praktikum yang telah dilakukan, ada beberapa gangguan pada pertanamn terkait dengan kekahatan unbsur hara, beberpa yang nampak antara lain:
· Kekurangan unsur N, beberapa tanaman terlihat kerdil dan warna daun menjadi hijau kekuningan. Pada gejala yang lebih lanjut daun akhirnya dapat berubah coklat dan mongering.
· Kekurangan unsur P, ada beberpa tanaman menunjukkan gejala kekurangan Phospat seperti yang Nampak yaitu pertumbuhan yang lambat dan kerdil serta pada beberapa daun terdapat warna keungu-unguan.
Selain permasalahyang telah dijelaskan diatas, praktikan juga menemui beberapa keanehan pada habitus beberapa tanaman jagung yang ada dilahan. Beberpa penyimpanga morfologi tanaman jagung yang ditemui antara lain:
· Brachytic , dimana ruas pada batang jagung memendek dan tidak tumbuh sempurna, serta daun tidak memanjang normal.
· Adherent, beberapa daun yang lebih tinggi melekat menjadi satu dan menghalangi terbentuknya malai.
· Tassel seed, tongkol atau bunga betina berada pada tajuk tertinggi tnaman dan tidak berada pada ketiak daun, bunga betina dan malai berdekatan tetapi tidak menyatu.
Beberapa penyimpangan diatas diduga karena terjadinya mutasi kromoson pada jagung. Penyimpanga ini tidak dapat diperkirakan sebelumnya karena bentuk biji yang ditanamnm relatif seragan dan tidak menunjukkan keanehan atau penyimpangan.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Budidaya jagung manis meliputi pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pembumbunan, pengairan, pengendalian gulma, hama dan patogen penyebab penyakit dan panen.
2. Nilai ILD sebesar 0,009 untuk panen pertama, 0,427untuk panen kedua dan 0,022 untuk panen ketiga
3. Dari kurva sigmoid dapat dilihat bahwa tanaman mengalami pertumbuhan tiap minggunya
4. Indeks panen (IP) menggambarkan hasil asimilat yang diperoleh tanaman.
5. Nilai IP yang tinggi menunjukkan bahwa tanaman tersebut efisien karena hasil fotosintesisnya dapat ditranslokasikan ke organ yang akan dipanen.


B. Saran
1. Dalam pembudidayaan hendaknya dilakukan secara intensif agar panen maksimal.
2. Pemanenan ubinan hendaknya dilakukan dalam waktu yang sesuai sehingga tujuan penanman tercapai
3. Diperlukan perhitungan benih yang benar sehingga benih yang digunakan cukup.




DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1992. Bercocok Tanam Jagung. Puslitbang Tanaman Pangan dan Pengembangan Pertanian, Institut Pertanian, Bogor.

----------. 2004. http://www.wordcrops.org/baby-corn.cfm. Diakses tanggal 10 September 2008.

----------. 2007. Jagung. http://waintek.prosressio.or.id/-byrans. Diakses tanggal 10 September 2008.

----------. 2008.http://www.iptek.net.id. Diakses pada tanggal 22 September 2008.

Effendi, S. 1980. Bercocok Tanam Jagung. C.V. Yasaguna. Jakarta.

Gardner, F.P., R.B. Pearce and R.L. Mitchell. 1991. Physiology of Crop Plants (Fisiologi Tanaman Budidaya, Alih Bahasa Herawati Susilo). UI Press, Jakarta.

Jugenheimer, R. W. 1958. Hybrid Maize Breedeng and Seed Production. FAO, Rome.

Nugroho, A.,Syamsulbahri., D. Hariyono., A. Soegainto dan Hanitin. 2000. Upaya meningkatkan hasil jagung manis melalui pemberian kompos azolla dan pupuk N. Agrivita 22: 11-17.

Rubatzky, V. E. dan M. Yamaguchi. 1998. World Vegetables :Principles, Production and Nutritive Values (Sayuran Dunia I, Prinsip , Produksi dan Gizi, alih bahasa oleh C. Horison). Institut Teknologi bandung, Bandung.

Sprague, G.F. 1977. Corn and Corn Improvement. American Society of Agronomy, Inc. USA.

Suminarti, E. N. 2000. Pengaruh jarak tanam dan defoliasi daun terhadap hasil tanaman jagung Zea mays varietas Bisma. Habitat 11:110-117.

3 komentar:

  1. Anonim mengatakan...:

    makasih yah..
    kamu telah menyelamatkan laporan praktikumku..

  1. Jenni mengatakan...:

    Asl,.......
    Syukron mbak,
    ana minta izin ngopi nieyh buat tambahan literatur laporan,...
    ^-^
    Jzk

  1. obat mata herbal mengatakan...:

    thanks ilmunya gan..

 
KUMPULAN LAPORAN PERTANIAN © 2011 | Powerred by budibisa2sMartLiVe